Efek Makanan Tinggi Karbohidrat dan Lemak (Western Diet) terhadap Bakteri Pencernaan
Publish Date: 21 April 2021

Efek Makanan Tinggi Karbohidrat dan Lemak (Western Diet) terhadap Bakteri Pencernaan

Jumlah dan komposisi mikrobiota atau mikroflora di saluran cerna memang sangat bervariasi. Mikroflora yang stabil dan seimbang dapat menjadi salah satu tanda pencernaan yang sehat. Jadi, sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan mikroflora yang baik atau menguntungkan sehingga dapat menekan pertumbuhan mikroflora yang merugikan. Selain itu, beberapa fungsi dari mikrobiota baik lainnya adalah:

  • Membantu proses pencernaan, khususnya fermentasi laktosa
  • Memproduksi lapisan mukosa yang akan melapisi dinding saluran pencernaan, sehingga dapat melindungi pencernaan dari berbagai penyebab penyakit
  • Mengaktivasi sistem kekebalan tubuh

Sementara itu, bakteri jahat justru membuat tubuh mudah terinfeksi dan menimbulkan berbagai penyakit infeksi yang disebabkan bakteri, menghasilkan toksin sehingga dapat menyebabkan keracunan.

Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Tennessee Health Science Center pada tikus telah menemukan bahwa konsumsi makanan yang diproses secara berlebihan (high processed) dan tinggi karbohidrat yang dimurnikan akan mengubah komposisi dan jumlah mikroflora, khususnya fungi, yang hidup di usus hewan uji.¹ Perubahan dalam komposisi dan jumlah mikroflora ini berhubungan dengan perubahan cara tubuh hewan uji dalam memetabolisme makanan yang dikonsumsi, salah satunya adalah meningkatkan jumlah lemak yang akan disimpan di hati. Selain memengaruhi metabolisme makanan, perubah jumlah mikroflora ini juga berhubungan dengan peningkatan hormon Leptin, yang bertugas mengatur jumlah lemak tubuh, dan hormon Ghrelin, yang dapat meningkatkan nafsu makan.

Western diet yang identik tinggi lemak, tinggi asupan makanan yang diproses berlebihan, dan rendah serat juga dapat mengurangi jumlah bakteri di usus, selanjutnya dapat meningkatkan risiko penyakit radang usus, sindrom metabolik, dan kanker. Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Georgia State University di Atlanta menyimpulkan bahwa pada kolon (usus besar) orang yang memiliki pola konsumsi western diet lebih rentan terhadap kolonisasi bakteri yang menular melalui makanan, seperti strain patogen Escherichia coli.² Penelitian pada hewan uji juga menunjukkan bahwa pola makan western diet sering kali menyebabkan infeksi yang lebih persisten atau terus menerus.

Pencernaan sering kali disebut sebagai otak kedua, sehingga jika ada masalah di pencernaan kita, dapat memengaruhi seluruh tubuh. Mikroflora yang ada di pencernaan kita, dapat menjadi salah satu indikator kesehatan pencernaan dan dapat berubah komposisi serta jumlahnya mengikuti makanan yang kita konsumsi. Jadi kembali lagi, FibreSquads sendiri yang memiliki kuasa untuk menentukan kesehatan pencernaan kita dengan memilih konsumsi makanan yang tinggi serat, rendah lemak, seperti berbagai serealia utuh, buah-buahan, sayuran, dll. Sayangnya Sebagian besar masyarakat Indonesia memang kurang konsumsi buah dan sayuran, sehingga berisiko kekurangan serat juga. FibreSquads dapat mengonsumsi suplemen kaya serat untuk membantu memenuhi asupan serat harian dan menjaga kesehatan pencernaan.

Jangan hanya makan untuk kenyang yaa FibreSquads, tetap bijak memilih makanan demi menjaga kesehatan tubuh. Have a healthy digestive, FibreSquads!




¹ Mims, T. S., Al Abdallah, Q., Stewart, J. D., Watts, S. P., White, C. T., Rousselle, T. V., … & Pierre, J. F. (2021). The gut mycobiome of healthy mice is shaped by the environment and correlates with metabolic outcomes in response to diet. Communications biology, 4(1), 1-11.
² An, J., Zhao, X., Wang, Y., Noriega, J., Gewirtz, A. T., & Zou, J. (2021). Western-style diet impedes colonization and clearance of Citrobacter rodentium. PLoS pathogens, 17(4), e1009497.