Apakah kamu mengalami mood swings, stress, mudah lelah, mudah tersinggung, ataupun sakit kepala? Mungkin sistem tubuhmu perlu untuk dibersihkan. Tubuh kita membutuhkan pembersihan rutin seperti halnya mobil yang secara berkala membutuhkan penggantian oli. Melakukan detoksifikasi atau detox penting karena membantu tubuh membuang kelebihan toksin dalam tubuh. Toksin bisa berasal dari lingkungan, bahan kimia dalam makanan dan minuman, rokok, alkohol, dan kebiasaan tidak sehat lainnya.
Tujuan dari dilakukannya proses detox diantaranya untuk meningkatkan fungsi imunitas, mengurangi alergi, dan menghilangkan toksin dalam tubuh, dan membersihkan darah. Saat melakukan detox, ditekankan untuk konsumsi makanan organik yang kaya serat dan air. Banyak minum air dan konsumsi makanan kaya vitamin dan mineral seperti sayur dan buah dianjurkan untuk detox yang optimal. Membatasi paparan zat beracun dan membuat pilihan gaya hidup sehat adalah cara terbaik untuk mendukung detoksifikasi. Berikut merupakan makanan yang dapat kamu konsumsi saat melakukan detox:
1. Pilih makanan tinggi antioksidan
Antioksidan melindungi sel tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh molekul yang disebut radikal bebas. Stres oksidatif adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh produksi radikal bebas yang berlebihan. Tubuh secara alami menghasilkan molekul-molekul ini saat proses pencernaan. Namun, alkohol, asap rokok, pola makan yang buruk, dan paparan polusi dapat menghasilkan radikal bebas yang berlebihan.¹
Makan makanan yang kaya antioksidan dapat membantu tubuh melawan stres oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas berlebih dan racun lain yang meningkatkan risiko penyakit. Contoh antioksidan termasuk vitamin A, vitamin C, vitamin E, selenium, dan likopen. Buah-buahan, kacang-kacangan, coklat, sayuran, rempah-rempah, dan minuman seperti kopi dan teh hijau memiliki jumlah antioksidan tertinggi.²
2. Pilih makanan tinggi prebiotik
Kesehatan usus penting untuk menjaga kesehatan sistem detox. Sel usus memiliki sistem detoksifikasi dan ekskresi yang melindungi usus dan tubuh kamu dari toksin berbahaya, seperti bahan kimia. Untuk meningkatkan kesehatan usus dapat dimulai dengan konsumsi prebiotik, sejenis serat yang memberi makan bakteri baik di usus. Dengan prebiotik, bakteri baik pada sistem pencernaanmu akan mampu menghasilkan nutrisi yang disebut asam lemak rantai pendek yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan.³
Selain itu, bakteri baik di usus dapat menurun dan menjadi tidak seimbang dibandingkan dengan bakteri jahat, akibat dari penggunaan antibiotik dan kualitas makanan yang buruk. Perubahan keseimbangan ini dapat melemahkan sistem imun dan detox serta meningkatkan risiko penyakit dan inflamasi. Konsumsi makanan yang kaya prebiotik dapat menjaga sistem imun dan detoksifikasi tetap sehat. Sumber makanan prebiotik yang baik seperti inulin, tomat, artichoke, pisang, asparagus, bawang merah, bawang putih, dan gandum.⁴
3. Kurangi penggunaan garam
Mengonsumsi terlalu banyak garam dapat menyebabkan tubuh menahan cairan berlebih. Penumpukan cairan berlebih ini bisa menyebabkan kembung. Meskipun kedengarannya aneh, ternyata meningkatkan asupan air adalah salah satu cara terbaik untuk menghilangkan kelebihan berat air karena terlalu banyak mengonsumsi garam. Itu karena ketika kamu mengonsumsi terlalu banyak garam dan tidak cukup air, tubuh melepaskan hormon antidiuretik yang mencegah buang air kecil. Dengan meningkatkan asupan air, tubuh mengurangi pelepasan hormon antidiuretik dan meningkatkan buang air kecil, sehingga dapat menghilangkan lebih banyak air dan toksin dari dalam tubuh.⁵
Selain itu meningkatkan asupan makanan tinggi kalium, dapat mengimbangi efek natrium dalam tubuh. Makanan yang tinggi kalium diantaranya kentang, labu, kacang merah, pisang, dan bayam.⁶
4. Pilih makanan mengandung sulfur
Makanan tinggi sulfur, seperti bawang merah, brokoli, dan bawang putih, dapat meningkatkan pembuangan logam berat yang masuk ke dalam tubuh.⁷ Selain itu, makanan mengandung sulfur juga meningkatkan fungsi glutathione, yang merupakan antioksidan utama diproduksi oleh tubuh yang terlibat dan berperan besar dalam proses detox.⁸
¹ Healthline. (September 4, 2020). Full Body Detox: 9 Ways to Rejuvenate Your Body. Retrieved from https://www.healthline.com/nutrition/how-to-detox-your-body#section6
² Carlsen, M. H., Halvorsen, B. L., Holte, K., Bøhn, S. K., Dragland, S., Sampson, L., … & Barikmo, I. (2010). The total antioxidant content of more than 3100 foods, beverages, spices, herbs and supplements used worldwide. Nutrition journal, 9(1), 3.
³ Slavin, J. (2013). Fiber and prebiotics: mechanisms and health benefits. Nutrients, 5(4), 1417-1435.
⁴ Markowiak, P., & Śliżewska, K. (2017). Effects of probiotics, prebiotics, and synbiotics on human health. Nutrients, 9(9), 1021.
⁵ Stanhewicz, A. E., & Larry Kenney, W. (2015). Determinants of water and sodium intake and output. Nutrition reviews, 73(suppl_2), 73-82.
⁶ National Institutes of Health. (September 4, 2020). Potassium. Retrieved from https://ods.od.nih.gov/factsheets/Potassium-HealthProfessional/
⁷ Suru, S. M. (2008). Onion and garlic extracts lessen cadmium-induced nephrotoxicity in rats. Biometals, 21(6), 623-633.
⁸ Lushchak, V. I. (2012). Glutathione homeostasis and functions: potential targets for medical interventions. Journal of amino acids, 2012.