Makanan dan Lingkungan, Efek Terhadap Toksin serta Kesehatan Pencernaan
Publish Date: 26 August 2020

Makanan dan Lingkungan, Efek Terhadap Toksin serta Kesehatan Pencernaan

Tubuh kita merupakan unit canggih dengan sistem yang mampu membuang zat yang tidak dapat digunakan atau diperlukan oleh tubuh. Zat tersebut dikenal juga sebagai racun atau toksin. Tanpa kita sadari, tubuh kita terpapar berbagai jenis toksin setiap hari, termasuk polusi dan pestisida di udara, berbagai bahan tambahan seperti pengawet dalam makanan yang kita konsumsi, termasuk detergen atau kosmetik yang diserap oleh kulit kita. Setelah dipecah oleh hati (liver), toksin dalam darah atau empedu akan disaring oleh ginjal atau usus, kemudian akan dikeluarkan dari tubuh melalui urin atau feses.¹ Meskipun tubuh kita sudah memiliki sistem detox atau detoks untuk membuang toksin dari tubuh, baik melalui paru-paru, hati, ginjal, dan pencernaan, jika toksin yang ada dalam tubuh semakin banyak, tubuh pun akan kewalahan untuk membuang semua toksin ini.

Penumpukan toksin dapat memengaruhi metabolisme tubuh, seperti mengganggu metabolisme glukosa dan kolesterol sehingga menyebabkan resistensi insulin. Toksin juga dapat menyebabkan obesitas dan resistensi insulin melalui berbagai mekanisme, termasuk menimbulkan peradangan, stres oksidatif, perubahan metabolisme, serta gangguan pengaturan nafsu makan di otak.² Beberapa studi sudah menunjukkan bagaimana toksin dapat memengaruhi kesehatan, dan para peneliti mulai meneliti bagaimana toksin juga memengaruhi mikrobiota di pencernaan. Misalnya saja, penggunaan Polychlorinated Biphenyls pada bahan plastik atau bahan isolasi panas (fiberglass, busa, gabus), berhubungan dengan perubahan pada komposisi mikrobiota usus, peningkatan permeabilitas usus, serta peradangan usus.³

Di dalam tubuh kita terdapat sekitar 40 triliun mikrobiota atau seberat 1-2 kg, setara dengan berat otak pada manusia.⁴ Keseimbangan mikrobiota pencernaan memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan pencernaan dan kesehatan secara keseluruhan dengan mengontrol pencernaan, meningkatkan imunitas, serta berbagai aspek kesehatan lainnya. Sebaliknya, dysbiosis atau ketidakseimbangan mikrobiota antara yang baik dengan yang jahat dapat menyebabkan peningkatan berat badan, gula darah, kolesterol, dan berbagai gangguan lainnya. Jadi sangat penting untuk menjaga keseimbangan mikrobiota di usus agar pencernaan dan tubuh kita tetap sehat.

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk membantu tubuh melakukan detox atau membuang toksin, antara lain mengonsumsi serat, antioksidan, dan suplemen yang dapat memicu serta meningkatkan detox, dapat juga dikombinasikan dengan aktivitas fisik atau olahraga. Konsumsi serat, terutama serat yang juga berfungsi sebagai prebiotik, bermanfaat untuk meningkatkan jumlah dan keragaman mikrobiota baik. Prebiotik berperan seperti pupuk yang memberikan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan mikrobiota baik di pencernaan. Serat dan prebiotik, termasuk jenis karbohidrat tetapi tidak dapat dicerna dalam tubuh, sehingga saat melalui proses pencernaan, akan diubah menjadi makanan bagi mikrobiota baik. Selain itu, serat juga bekerja dengan meningkatkan massa feses dan membuat feses lebih lunak sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan dari tubuh.

Dengan peningkatan jumlah dan keanekaragaman mikrobiota baik di pencernaan, serta defekasi atau buang air besar secara teratur, akan membantu tubuh untuk melakukan detox lebih optimal. Seperti dijelaskan sebelumnya, pencernaan merupakan salah satu organ untuk detox. Sehingga dengan menjaga kesehatan pencernaan, akan membantu proses detox juga. Konsumsi beragam makanan sumber serat, seperti buah dan sayuran, gandum utuh, untuk membantu menjaga kesehatan pencernaan. Meskipun terkesan mudah untuk dilakukan, sayangnya rata-rata masyarakat Indonesia masih kurang konsumsi buah dan sayuran. Dari anjuran konsumsi sebanyak 400 gram, masyarakat Indonesia baru memenuhi 27,2% nya saja atau sekitar 108,8 gram. Masih ada gap yang cukup besar antara rekomendasi konsumsi buah dan sayuran dengan kondisi yang terjadi di lapangan.

Kurang konsumsi buah dan sayuran akan meningkatkan risiko kurang asupan serat harian. Saat asupan serat harian dari makanan sehari-hari tidak dapat terpenuhi, kita dapat mengonsumsi suplemen serat untuk membantu memenuhi asupan serat harian. FibreFirst, suplemen serat premium dengan ekstrak buah dan sayuran, dapat dikonsumsi satu saset setiap hari, malam sebelum tidur, untuk membantu menjaga kesehatan pencernaan dan detox harianmu.




¹ Pizer, A. “The Real Truth About Sweating out Toxins in Hot Yoga”. Retrieved from https://www.verywellfit.com/sweating-out-toxins-with-hot-yoga-myth-or-reality-3566715 (Accessed on 18 August 2020)
² Hyman, Mark A. “Environmental toxins, obesity, and diabetes: an emerging risk factor.” Alternative therapies in health and medicine vol. 16,2 (2010): 56-8.
³ Chiu, Karen, et al. “The Impact of Environmental Chemicals on the Gut Microbiome.” Toxicological Sciences 176.2 (2020): 253-284.
⁴ Sender, Ron, Shai Fuchs, and Ron Milo. “Revised estimates for the number of human and bacteria cells in the body.” PLoS biology 14.8 (2016): e1002533.