Gluten adalah protein dalam sereal seperti gandum, barley/jelai, dan gandum hitam, yang berfungsi membuat makanan menjadi elastis dan kenyal. Gandum adalah biji-bijian yang biasa digunakan sebagai bahan dalam roti, pasta, biskuit, dan sereal. Pada umumnya gluten aman dikonsumsi, akan tetapi pada seseorang dengan intoleransi atau memiliki celiac disease (penyakit celiac) dapat mengalami nyeri perut, kembung, dan reaksi berlebihan dari imun tubuh setelah mengonsumsi makanan yang mengandung gluten. Berbeda dengan penyakit celiac, kondisi lain seperti alergi gandum terjadi saat imun tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein apapun yang ada di gandum, bukan hanya gluten. Gandum termasuk dalam delapan makanan yang dapat menyebabkan alergi di Amerika Serikat.
Prevalensi penyakit celiac di dunia terutama di negara barat diperkirakan sekitar 0,5-1%.¹ Namun penyakit ini jarang ditemukan di negara dengan konsumi gluten rendah dan prevalensi HLA-DQ2 kurang dari 5%, seperti Indonesia, Korea, Filipina, dan pulau-pulau kecil di Pasifik.² Dokter dapat mendiagnosis penyakit celiac dengan mempertimbangkan riwayat medis orang dan keluarga mereka dan melakukan serangkaian tes seperti tes darah, tes genetik, dan biopsi. Pada seseorang dengan penyakit celiac, konsumsi gluten menyebabkan peradangan di usus, dan jika terjadi berulang kali secara bertahap akan merusak usus kecil, sehingga dapat menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi dari makanan. Penyakit celiac juga berhubungan dengan Human Leukocyte Antigen (HLA)-DQ2 dan HLA-DQ8. Beberapa gejala penyakit celiac biasanya berhubungan dengan gastrointestinal, seperti diare, konstipasi, steatorrhea (feses mengandung terlalu banyak lemak), dan penurunan berat badan karena malabsorpsi.³
Diet bebas gluten merupakan langkah efektif untuk pengobatan penyakit celiac. Sampai saat ini belum ada pengobatan yang tepat dan aman untuk mencegah kerusakan mukosa usus yang terjadi akibat peradangan setelah mengonsumsi gluten pada orang dengan penyakit celiac. Diet bebas gluten bukan berarti menghilangkan semua gluten, tetapi masih bisa mengonsumsi makanan yang mengandung gluten dengan kadar terendah dan tidak berbahaya, yaitu 20 mg gluten per kg makanan atau < 20 ppm.⁴ Dengan menjalani diet bebas gluten, dapat memperbaiki kerusakan lapisan dinding usus dan mengurangi risiko timbulnya gejala penyakit celiac. Beberapa makanan bebas gluten yang dapat dikonsumsi, antara lain:⁵
- Buah dan sayuran
- Polong dan kacang-kacangan
- Kentang, jagung
- Telur, ikan, ayam, daging, seafood
- Produk susu dan olahannya
Diet bebas gluten ternyata bukan hanya bermanfaat untuk penderita penyakit celiac saja, tapi juga bagi penyandang autisme, epilepsi, dan skizofrenia. Konsumsi diet bebas gluten selama 5 bulan pada penderita epilepsi, memberi efek positif berupa perbaikan pada kontrol kejang.
Jika
FibreSquads sedang menjalani diet bebas gluten juga tetap dapat mengonsumsi
FibreFirst. Kandungan/komposisi bahan yang terdapat dalam FibreFirst juga tidak
mengandung gluten. Jadi FibreSquads tetap dapat menjalani diet bebas gluten dan
membantu memenuhi asupan serat harian dengan konsumsi satu saset FibreFirst
setiap harinya.
¹ Catassi, C., & Yachha, S. K. (2008). The global village of celiac disease. In Frontiers in celiac disease (Vol. 12, pp. 23-31). Karger Publishers.
² Cummins, A. G., & Roberts‐Thomson, I. C. (2009). Prevalence of celiac disease in the Asia–Pacific region. Journal of gastroenterology and hepatology, 24(8), 1347-1351.
³ Parzanese, I., Qehajaj, D., Patrinicola, F., Aralica, M., Chiriva-Internati, M., Stifter, S., … & Grizzi, F. (2017). Celiac disease: From pathophysiology to treatment. World journal of gastrointestinal pathophysiology, 8(2), 27.
⁴ Codex Alimentarius Commission. (2008). Codex Standard 118-1979 (rev. 2008). Foods for special dietary use for persons intolerant to gluten.
⁵ Kerr, M. (5 July 2019). Gluten Intolerance Food List: What to Avoid and What to Eat. Healthline. Retrieved from https://www.healthline.com/health/allergies/gluten-food-list%23foods-to-avoid2 (Accessed on 8 Sep 2021)