Memiliki tubuh yang sehat dan fit pasti akan mendukung kegiatan serta aktivitas kita sehari-hari. Ada banyak cara untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan fit, salah satunya dengan memperhatikan asupan makanan dan kebersihan diri. Tetapi tanpa kita sadari, setiap hari tubuh kita terpapar dengan berbagai racun dan zat yang tidak diperlukan serta berbahaya bagi tubuh, seperti polusi, bahan kimia sintetik, logam berat, dan makanan yang diolah berlebihan. Saat tubuh kita terpapar dengan bahan tersebut terus menerus, akan memberikan dampak negatif untuk kesehatan kita.
Detoks atau detoksifikasi memiliki arti membuang racun atau toksin dari tubuh, yang bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan.¹ Sebenarnya, tubuh kita sudah memiliki sistem detoksifikasi untuk membuang toksin melalui hati, ginjal, sistem pencernaan, kulit, dan paru-paru. Tetapi sayangnya ketika gaya hidup kita tidak sehat, banyak mengonsumsi makanan tinggi lemak, garam, rendah serat dan nutrisi, merokok, dan mengonsumsi alkohol, akan meningkatkan produksi toksin serta radikal bebas yang berbahaya untuk tubuh.² Karena itu, sangat penting agar proses detoksifikasi dalam tubuh dapat berlangsung dengan optimal agar toksin yang ada dalam tubuh dapat dieliminasi keluar tubuh sehingga menjaga kesehatan tubuh.
Salah satu cara agar sistem detoks tubuh dapat berlangsung optimal yaitu dengan menjaga kesehatan sistem pencernaan. Mengapa? Karena salah satu sistem atau organ yang berperan dalam detoks adalah sistem pencernaan, sehingga kesehatan sistem pencernaan kita sangat penting untuk sistem detoks. Sel yang ada di organ pencernaan memiliki sistem detoks dan ekskresi yang melindungi sistem pencernaan dan tubuh kita dari toksin berbahaya.³ Konsumsi serat yang cukup dapat membantu meningkatkan kesehatan sistem pencernaan. Rata-rata kebutuhan serat dalam sehari untuk usia dewasa sekitar 30 gram, atau sebanyak 150 gram buah (3 buah pisang ukuran sedang) dan 250 gram sayuran. Serat tidak dapat dicerna oleh sistem pencernaan, tetapi memiliki banyak manfaat seperti memberi massa pada feses sehingga waktu transit lebih pendek dan kontak antara feses dengan dinding usus besar semakin singkat. Selain itu, serat yang dapat difermentasi oleh bakteri baik, seperti Inulin, oat fibre, juga akan menghasilkan Short Chain Fatty Acid (SCFA) yang dapat meningkatkan jumlah bakteri baik di sistem pencernaan dan menebalkan lapisan mukosa di saluran pencernaan, sehingga sistem pencernaan lebih sehat.⁴
Meskipun Indonesia adalah negara tropis dan produksi buah serta sayuran cukup sepanjang tahu, sebanyak 95,4% penduduk Indonesia ternyata kurang konsumsi buah dan sayuran. Akibatnya, kita menjadi lebih rentan untuk kekurangan serat dan nutrisi lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Kesehatan sistem pencernaan dapat menurun dan proses detoks pun dapat terganggu. Jika asupan dari makanan sehari-hari tidak dapat memenuhi kebutuhan serat dan nutrisi harian, kita dapat mengonsumsi suplemen kesehatan yang kaya serat dan nutrisi. FibreFirst adalah suplemen kaya serat dan nutrisi dengan serat premium serta ekstrak buah dan sayuran. Konsumsi FibreFirst dapat membantu memenuhi asupan serat dan nutrisi harian serta membantu detoks harian agar sistem pencernaan lebih sehat. Cara mengonsumsi FibreFirst pun mudah, satu sachet per hari dan dikonsumsi malam hari sebelum tidur.
Tidak sulit kan untuk
menjaga kesehatan sistem pencernaan agar proses detoks tetap optimal. Konsumsi
cukup buah dan sayuran, atau konsumsi suplemen tinggi serat dan nutrisi, untuk
membantu memenuhi asupan serat harian serta menjaga kesehatan sistem pencernaan
kita.
¹ Healthline. Full Body Detox: 9 Ways to Rejuvenate Your Body. Retrieved from https://www.healthline.com/nutrition/how-to-detox-your-body.
² Birben, E., Sahiner, U. M., Sackesen, C., Erzurum, S., & Kalayci, O. (2012). Oxidative stress and antioxidant defense. World Allergy Organization Journal, 5(1), 9.
³ Shimizu, M. (2012). Modulation of intestinal functions by dietary substances: an effective approach to health promotion. Journal of traditional and complementary medicine, 2(2), 81-83.
⁴ Makki, K., Deehan, E. C., Walter, J., & Bäckhed, F. (2018). The impact of dietary fiber on gut microbiota in host health and disease. Cell host & microbe, 23(6), 705-715.