Vitamin D, Benarkah dapat Meningkatkan Imunitas Tubuh?
Publish Date: 13 July 2021

Vitamin D, Benarkah dapat Meningkatkan Imunitas Tubuh?

Vitamin D termasuk dalam vitamin larut lemak yang berperan penting dalam penyerapan kalsium dan kesehatan tulang, serta fungsi kekebalan atau imunitas tubuh, membantu mengendalikan infeksi dan mengurangi peradangan dalam tubuh. Jika FibreSquads membeli suplemen vitamin D, biasanya ada dua bentuk yang berbeda, yaitu vitamin D2 (ergokalsiferol) dan vitamin D3 (kolekalsiferol). Lalu apa perbedaan pada kedua bentuk vitamin D tersebut?

Vitamin D2 biasanya berasal dari tanaman, seperti jamur. Sedangkan vitamin D3 berasal dari sumber hewani seperti minyak ikan, ikan berlemak, hati, dan kuning telur. Selain itu, vitamin D3 juga dapat diproduksi oleh tubuh ketika kulit FibreSquads terkena sinar matahari. Karena itu, banyak dianjurkan untuk berjemur 15 menit sebelum jam 10:00 untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin D. Tubuh dapat memproduksi sekitar 250-625 mikrogram vitamin D saat berjemur, tergantung pada warna kulit dan pakaian yang dikenakan. Semakin banyak bagian kulit yang terkena matahari, maka semakin banyak juga vitamin D yang akan dihasilkan tubuh. Mana yang lebih efektif, vitamin D2 atau vitamin D3? Penelitian menunjukkan bahwa suplemen vitamin D3 lebih unggul dalam meningkatkan angka simpanan vitamin D dalam tubuh.

Berapa Kebutuhan Vitamin D dalam Sehari?

Menurut Angka Kecukupan Gizi yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI, kebutuhan vitamin D untuk orang dewasa sampai usia 70 tahun, per hari sebesar 15 mikrogram atau 600 IU. Sedangkan angka konsumsi maksimum dalam sehari untuk vitamin D sebesar 100 mikrogram atau 4000 IU. Konsumsi vitamin D melebihi angka konsumsi maksimum dapat menyebabkan mual, muntah, sembelit atau konstipasi, dan sering buang air kecil. Jika tidak ditangani, kondisi tersebut dapat berkembang menjadi gagal ginjal, pengapuran pada organ dan jaringan lunak.

Hubungan Vitamin D dengan Imunitas

Vitamin D berhubungan dengan fungsi sel-sel kekebalan tubuh, termasuk sel T dan makrofag, yang melindungi tubuh FibreSquads dari patogen penyebab penyakit.¹ Kekurangan vitamin D berhubungan dengan peningkatan kejadian autoimunitas serta peningkatan risiko terjadinya infeksi. Kadar vitamin D yang rendah berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit pernapasan, termasuk tuberkulosis, asma, dan penyakit paru obstruktif kronis, serta infeksi pernapasan yang disebabkan virus dan bakteri.

Vitamin D dan Infeksi COVID-19

Sampai saat ini, memang belum ada pengobatan khusus untuk penyakit COVID-19. Penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 ini termasuk self-limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya tergantung dari daya tahan tubuh masing-masing. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit dengan kadar vitamin D yang cukup memiliki penurunan risiko untuk dampak merugikan dan kematian.² Pada pasien yang berusia > 40 tahun dengan kadar vitamin D yang cukup di dalam tubuh, akan 51,5% lebih kecil kemungkinannya mengalami hipoksia, kehilangan kesadaran, dan kematian, dibandingkan dengan pasien yang kadar vitamin D dalam tubuhnya rendah. Kekurangan vitamin D juga berhubungan dengan penurunan fungsi paru-paru, yang dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi pernapasan.³

Meskipun beberapa penelitian sudah membuktikan hubungan antara vitamin D dengan imunitas dan COVID-19, FibreSquads tetap harus berkonsultasi dengan dokter untuk mengonsumsi suplemen vitamin D. Setelah diserap oleh tubuh, vitamin larut lemak, termasuk vitamin D, akan disimpan di dalam jaringan hati dan lemak. Kelebihan vitamin D tidak langsung dikeluarkan dari dalam tubuh, sehingga jika dikonsumsi secara berlebihan, vitamin larut lemak dapat menyebabkan overdosis vitamin. Tetap bijak dalam mengonsumsi berbagai vitamin dan konsultasikan dulu dengan dokter yang mengetahui kondisi kesehatan FibreSquads, ya!




¹ Di Rosa, M., Malaguarnera, M., Nicoletti, F., & Malaguarnera, L. (2011). Vitamin D3: a helpful immuno‐modulator. Immunology, 134(2), 123-139.
² Maghbooli, Z., Sahraian, M. A., Ebrahimi, M., Pazoki, M., Kafan, S., Tabriz, H. M., … & Holick, M. F. (2020). Vitamin D sufficiency, a serum 25-hydroxyvitamin D at least 30 ng/mL reduced risk for adverse clinical outcomes in patients with COVID-19 infection. PloS one, 15(9), e0239799.
³ Zosky, G. R., Berry, L. J., Elliot, J. G., James, A. L., Gorman, S., & Hart, P. H. (2011). Vitamin D deficiency causes deficits in lung function and alters lung structure. American journal of respiratory and critical care medicine, 183(10), 1336-1343.