Yuk Berkenalan dengan Diet Yoyo dan Dampaknya Bagi Kesehatan
Publish Date: 1 April 2023

Yuk Berkenalan dengan Diet Yoyo dan Dampaknya Bagi Kesehatan

Siapa yang tidak kenal dengan mainan Yoyo, mainan dari kayu, berbentuk bulat pipih menyerupai gelendong benang yang diikat dengan tali, jika digerakkan menyebabkan mainan itu terputar turun-naik karena talinya terlepas dan tergulung kembali.

Diet yoyo adalah kondisi dimana berat badan kamu turun karena diet, tapi kemudian berat badan itu kembali naik secara cepat dan siklusnya berulang setelah melakukan diet. Kondisi ini juga dikenal dengan weight cycling.

Mayoritas individu yang menurunkan berat badan sulit untuk mempertahankan penurunan berat badan untuk jangka waktu yang lama. Diet yoyo dialami oleh sekitar 10% pria dan 30% wanita.¹

Diet yoyo biasanya terjadi pada orang yang melakukan diet secara ketat atau perubahan pola makan secara drastis, tetapi ketika berat badan sudah turun, dia tidak dapat menahan diri untuk menjalani pola makan sebelumnya.

Hal inilah yang biasanya menyebabkan peningkatan berat badan kembali, bahkan terkadang berat badan meningkat lebih banyak dari penurunan berat badan yang berhasil dicapai. Selain itu, fluktuasi berat badan yang sering terjadi juga dapat memengaruhi kesehatan dan berdampak negatif. Berikut beberapa dampak diet yoyo terhadap kesehatan:

1) Persentase lemak tubuh meningkat

Saat terjadi peningkatan berat badan akibat diet yoyo, lemak tubuh juga semakin mudah untuk meningkat dibandingkan massa otot. Hal ini dapat menyebabkan persentase lemak tubuh meningkat selama beberapa siklus diet yoyo.²

Sebanyak 11 dari 19 penelitian mengemukakan bahwa individu dengan riwayat diet yoyo akan mengalami peningkatan persentase lemak tubuh dan lemak perut yang lebih tinggi.³ Dengan adanya peningkatan persentase lemak tubuh ini, usaha untuk menurunkan berat badan akan semakin menantang.

2) Perlemakan hati atau fatty liver

Perlemakan hati (dikenal juga dengan fatty liver atau steatosis hepatis) adalah suatu kondisi ketika organ hati menyimpan terlalu banyak lemak, terutama dalam bentuk trigliserida. Obesitas termasuk salah satu faktor risiko perlemakan hati, begitu juga dengan siklus dan fluktuasi kenaikan berat badan.

Penelitian pada hewan uji, menunjukkan bahwa diet yoyo dengan siklus penurunan dan kenaikan berat badan dapat memicu perlemakan hati.⁴ Perlemakan hati juga berkaitan dengan perubahan metabolisme lemak dan gula oleh organ hati, sehingga dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

3) Peningkatan risiko diabetes

Seperti yang sudah dijelaskan di poin sebelumnya, diet yoyo dapat meningkatkan lemak perut. Sayangnya, peningkatan lemak perut jauh lebih berisiko menyebabkan diabetes tipe 2 dibandingkan timbunan lemak di area tubuh lainnya, missal lengan, kaki, atau pinggul.⁵

Selain itu, diet yoyo juga dapat menimbulkan gangguan metabolisme gula di hati dan menyebabkan peningkatan level insulin yang menjadi salah satu tanda awal dari diabetes. Meskipun tidak semua yang mengalami diet yoyo akan berkembang menjadi diabetes, tetapi peningkatan berat badan yang terjadi secara singkat juga harus diwaspadai.

4) Peningkatan tekanan darah

Peningkatan berat badan, termasuk yang terjadi akibat diet yoyo, termasuk salah satu penyebab naiknya tekanan darah. Yang lebih buruk lagi, diet yoyo juga dapat mengurangi efek dari penurunan berat badan terhadap tekanan darah di masa mendatang.

Sebuah studi terhadap 66 orang dewasa mengemukakan bahwa mereka yang memiliki riwayat diet yoyo mengalami efek perbaikan tekanan darah yang lebih sedikit saat menurunkan berat badan.⁶

Diet merupakan sebuah proses dan perjalanan yang membutuhkan konsistensi, jadi ada baiknya FibreSquads tidak memilih cara yang instan untuk menurunkan berat badan secara cepat. Karena hasil yang didapat dengan cepat tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang.

Tetap lakukan diet sehat bergizi seimbang dengan mengonsumsi beragam makanan yang bergizi, termasuk meningkatkan asupan serat harian. Konsumsi diet tinggi serat juga dapat membantu kamu untuk menurunkan berat badan, termasuk meningkatkan pembakaran lemak di area perut.

Jika asupan serat harian mu tidak terpenuhi, kamu dapat mengonsumsi suplemen tinggi serat yang terbukti dapat membantu menjaga kesehatan tubuh. Ingat, jangan hanya berorientasi pada hasil, tapi perhatikan juga prosesnya agar tubuh tetap sehat.


¹ Strohacker, K., Carpenter, K. C., & Mcfarlin, B. K. (2009). Consequences of weight cycling: an increase in disease risk?. International journal of exercise science, 2(3), 191.
² Bosy‐Westphal, A., Kahlhöfer, J., Lagerpusch, M., Skurk, T., & Müller, M. J. (2015). Deep body composition phenotyping during weight cycling: relevance to metabolic efficiency and metabolic risk. obesity reviews, 16, 36-44.
³ Mackie, G. M., Samocha-Bonet, D., & Tam, C. S. (2017). Does weight cycling promote obesity and metabolic risk factors?. Obesity research & clinical practice, 11(2), 131-139.
⁴ Jandacek, R. J., Anderson, N., Liu, M., Zheng, S., Yang, Q., & Tso, P. (2005). Effects of yo-yo diet, caloric restriction, and olestra on tissue distribution of hexachlorobenzene. American journal of physiology-Gastrointestinal and liver physiology, 288(2), G292-G299.
⁵ Després, J. P., & Lemieux, I. (2006). Abdominal obesity and metabolic syndrome. Nature, 444(7121), 881-887.
⁶ Hart, K. E., & Warriner, E. M. (2005). Weight loss and biomedical health improvement on a very low calorie diet: the moderating role of history of weight cycling. Behavioral Medicine, 30(4), 161-172.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *