Fluktuasi atau perubahan naik dan turun berat badan sering kali terjadi hanya dalam hitungan hari. Terkadang hal tersebut menimbulkan rasa khawatir, padahal fluktuasi berat badan merupakan hal yang normal. Rata-rata fluktuasi berat badan dalam sehari berkisar antara 2.3 kg – 2.7 kg. Beberapa studi menyebutkan bahwa peningkatan berat badan paling banyak terjadi di hari minggu malam, setelah makan malam, dan berat badan terendah pada Jumat pagi. Ketika kenaikan berat badan terjadi terus menerus dan tidak berhubungan dengan kondisi kesehatan, ada beberapa kemungkinan, seperti:
1. Konsumsi Garam dan Karbohidrat Berlebihan
Asupan garam yang tinggi akan meningkatkan rasa haus. Mengapa? Tubuh membutuhkan cairan ekstra untuk mengencerkan kelebihan natrium yang dikonsumsi, sehingga memicu rasa haus agar asupan cairan bertambah. Tetapi meskipun banyak minum, volume urin tidak berubah, yang artinya cairan ini tetap berada di tubuh dan menyebabkan peningkatan berat badan.¹
Konsumsi karbohidrat berlebihan juga dapat menyebabkan retensi cairan. Karbohidrat yang tidak digunakan oleh tubuh sebagai energi, akan disimpan di dalam tubuh menjadi glikogen. Molekul glikogen ini ternyata mengandung air, setiap gram (g) glikogen berikatan dengan 3 g air.² Jadi semakin banyak simpanan glikogen, air yang disimpan juga semakin besar dan menyebabkan peningkatan berat badan.
2. Penggunaan Obat Tertentu
Beberapa jenis obat menyebabkan tubuh menyimpan air, meningkatkan nafsu makan, atau mengubah metabolisme tubuh sehingga menyebabkan peningkatan berat badan secara cepat. Contohnya adalah obat yang digunakan untuk penyakit: kejang, diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, serta depresi dan gangguan psikiatri.
Meskipun penggunaan obat tersebut dapat menyebabkan peningkatan berat badan, tetapi jangan langsung berhenti mengonsumsi obat. FibreSquad tetap harus berdiskusi dengan Dokter terlebih dulu.
3. Kurang Tidur
Perubahan siklus tidur dapat memengaruhi pola makan dan suasana hati, sehingga menyebabkan peningkatan nasfsu makan dan orang makan berlebihan. Orang yang kurang tidur ternyata mengonsumsi karbohidrat lebih banyak daripada yang diperlukan tubuh, yang menyebabkan kenaikan berat badan. Selain itu, asupan kalori yang dikonsumsi secara keseluruhan juga lebih banyak, terutama setelah makan malam.³
4. Gangguan Fungsi Tiroid
Kenaikan berat badan dan tubuh terasa mudah Lelah mungkin menandakan rendahnya kadar hormon tiroid atau Hipotiroidisme. Gangguan tiroid yang disebut hipotiroidisme dapat memperlambat metabolisme tubuh, yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Penambahan berat badan yang tidak dapat dijelaskan adalah salah satu tanda paling umum dari gangguan tiroid. Gangguan tiroid juga dapat menyebabkan tubuh menahan cairan.
5. Siklus Menstruasi
Kenaikan berat badan sekitar 1,4 kg – 2 kg selama siklus menstruasi merupakan hal yang normal. Umumnya berat badan yang naik secara cepat tadi akan hilang setelah beberapa hari siklus menstruasi dimulai. Kenaikan berat badan saat siklus menstruasi disebabkan oleh fluktuasi hormon yang menyebabkan retensi cairan, makan berlebihan, ingin makanan manis/gula (sugar cravings).⁴ Rasa kembung yang muncul selama siklus menstruasi juga dapat menciptakan sensasi penambahan berat badan.
¹ Bankir, L., Perucca, J., Norsk, P., Bouby, N., & Damgaard, M. (2017). Relationship between sodium intake and water intake: the false and the true. Annals of Nutrition and Metabolism, 70(Suppl. 1), 51-61.
² Kreitzman, S. N., Coxon, A. Y., & Szaz, K. F. (1992). Glycogen storage: illusions of easy weight loss, excessive weight regain, and distortions in estimates of body composition. The American journal of clinical nutrition, 56(1), 292S-293S.
³ Markwald, R. R., Melanson, E. L., Smith, M. R., Higgins, J., Perreault, L., Eckel, R. H., & Wright, K. P. (2013). Impact of insufficient sleep on total daily energy expenditure, food intake, and weight gain. Proceedings of the National Academy of Sciences, 110(14), 5695-5700.
⁴ Tacani, P. M., de Oliveira Ribeiro, D., Guimarães, B. E. B., Machado, A. F. P., & Tacani, R. E. (2015). Characterization of symptoms and edema distribution in premenstrual syndrome. International journal of women’s health, 7, 297.