Batasi Makanan Berikut untuk Mengurangi Peradangan atau Inflamasi di Tubuh
Publish Date: 27 November 2023

Batasi Makanan Berikut untuk Mengurangi Peradangan atau Inflamasi di Tubuh

FibreSquads pasti sering mendengar kata peradangan atau inflamasi. Eits, peradangan ini bukan hanya dapat terjadi di tenggorokan saja lho, seluruh bagian tubuh juga dapat mengalami peradangan. Lalu apa sebenarnya peradangan itu? Peradangan atau inflamasi adalah sebuah bentuk mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau racun tertentu.

Melalui proses atau respon peradangan ini, pemulihan jaringan terjadi dan mikroorganisme asing diisolasi agar tidak menginfeksi jaringan tubuh lainnya. Meskipun peradangan ini bermanfaat untuk tubuh, tetapi rangsangan inflamasi terus-menerus dapat menyebabkan peradangan kronis yang diduga menyebabkan penyakit kronis seperti obesitas, penyakit jantung, diabetes, hingga artritis atau radang sendi.

Peradangan kronis yaitu peradangan yang berlangsung dalam jangka waktu lama, beberapa bulan hingga bertahun-tahun. Secara umum, peradangan kronis terjadi ketika tubuh tidak dapat menghilangkan penyebab inflamasi akut, atau terpapar secara terus menerus dengan penyebab inflamasi. Ternyata beberapa makanan juga dapat menimbulkan respon peradangan di tubuh kita, FibreSquads.

Berikut beberapa makanan yang dapat menyebabkan peradangan dan sebaiknya kamu batasi konsumsinya:

1. Makanan dan minuman tinggi gula

Sebuah studi systematic review yang dimuat dalam jurnal Nutrients mengemukakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara konsumsi gula, terutama dari minuman manis, dengan peradangan kronis. Orang dengan pola makan tinggi gula memiliki lebih banyak indikator inflamasi dalam darahnya, salah satunya yaitu C-reaktif protein. Gula merangsang produksi asam lemak bebas (free fatty acid) di hati. Saat tubuh mencerna asam lemak bebas tersebut, senyawa yang dihasilkan dapat memicu proses peradangan.

2. Makanan yang digoreng

Proses memasak menggoreng dengan minyak yang banyak (deep fried) memang membuat rasa makanan menjadi lebih enak dan gurih, tetapi jangan lupa, ketika makanan digoreng dengan minyak, makanan tersebut kehilangan kandungan air dan justru menyerap lemak, yang selanjutnya akan meningkatkan kalorinya. Saat minyak dipanaskan dengan suhu tinggi, kandungan Advanced glycation-end products (AGEs) dan lemak transnya juga ikut meningkat, apalagi jika minyak tersebut digunakan berulang. Kedua senyawa tersebut dapat memicu inflamasi dalam tubuh kamu.

3. Daging olahan dalam kemasan

Daging olahan biasanya ditambahkan berbagai bahan seperti pewarna, perasa, dan pengawet buatan, untuk membuat produk ini dapat memiliki masa simpan lebih lama, meningkatkan rasa, atau agar tampilannya lebih menarik pembeli. Bahan-bahan tambahan ini dapat memicu peradangan/inflamasi di dalam tubuh, selain itu daging merah dan daging olahan juga mengandung lemak jenuh yang cukup tinggi, dan meningkatkan Advanced glycation-end products (AGEs).

Makanan yang mengandung karbohidrat olahan cenderung memiliki indeks glikemik tinggi, sehingga cepat meningkatkan gula darah kamu. Peningkatan gula darah yang terlalu cepat ini memicu respon peradangan. Karbohidrat olahan juga mengandung serat lebih sedikit. Sebuah studi menunjukkan bahwa konsumsi karbohidrat olahan dalam berbagai makanan modern dapat mendorong pertumbuhan bakteri usus yang menyebabkan berbagai peradangan.

Untuk mencegah respon inflasi yang berlebihan di dalam tubuh, kamu dapat mulai membatasi asupan makanan yang memicu hal tersebut. Sebaliknya, perbanyak asupan makanan kaya antioksidan dan tinggi serat, seperti buah, sayuran, dan kacang-kacangan.


¹ Professional, C.C. medical (2021) Inflammation: What is it, causes, symptoms & treatment, Cleveland Clinic. Available at: https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/21660-inflammation (Accessed: 24 November 2023).
² Furman, D., Campisi, J., Verdin, E., Carrera-Bastos, P., Targ, S., Franceschi, C., … & Slavich, G. M. (2019). Chronic inflammation in the etiology of disease across the life span. Nature medicine, 25(12), 1822-1832.
³ Pahwa, R., Goyal, A., Bansal, P., & Jialal, I. (2018). Chronic inflammation.

⁴ Della Corte, K. W., Perrar, I., Penczynski, K. J., Schwingshackl, L., Herder, C., & Buyken, A. E. (2018). Effect of dietary sugar intake on biomarkers of subclinical inflammation: a systematic review and meta-analysis of intervention studies. Nutrients, 10(5), 606.
⁵ Song, J., Park, J., Jung, J., Lee, C., Gim, S. Y., Ka, H., … & Lee, J. (2015). Analysis of trans fat in edible oils with cooking process. Toxicological research, 31, 307-312.
⁶ Wang, X., Lin, X., Ouyang, Y. Y., Liu, J., Zhao, G., Pan, A., & Hu, F. B. (2016). Red and processed meat consumption and mortality: dose–response meta-analysis of prospective cohort studies. Public health nutrition, 19(5), 893-905.

⁷ Yan, J., Wang, L., Gu, Y., Hou, H., Liu, T., Ding, Y., & Cao, H. (2022). Dietary patterns and gut microbiota changes in inflammatory bowel disease: current insights and future challenges. Nutrients, 14(19), 4003.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *