Makanan dengan cita rasa pedas memang selalu menjadi favorit untuk kebanyakan masyarakat Indonesia. Kebiasaan mengonsumsi makanan pedas, contohnya sambal, ternyata diwariskan secara turun temurun lho, FibreSquads. Salah satu faktor yang menyebabkan orang-orang di Indonesia sangat menyukai makanan pedas yaitu Indonesia kaya akan rempah-rempah, yang cenderung memiliki rasa pedas, sehingga rasa pedas sudah familier di lidah orang Indonesia. Tapi tahukah kalau ada zat/senyawa dalam makanan pedas yang ternyata bermanfaat untuk kesehatan? Yuk cari tahu lebih lanjut!
Senyawa yang memberikan manfaat dalam makanan pedas adalah capsaicin, zat aktif yang dapat ditemukan pada cabai, paprika, lada, atau jalapeno, yang menimbulkan rasa pedas dan panas. Beberapa studi telah membuktikan bahwa capsaicin memiliki efek antinyeri, antiradang, antibakteri, bahkan antikanker. Sebuah studi terbaru yang dimuat dalam jurnal Food Science & Nutrition tahun 2023, mengemukakan bahwa kombinasi antara capsaicin dan serat, lebih efektif mengurangi kadar kolesterol total dan kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL).¹
Studi ini dilakukan pada hewan uji (mencit) yang diberikan 3 jenis diet berbeda, yaitu 1) Diet tinggi lemak; 2) Diet tinggi lemak & capsaicin; 3) Diet tinggi lemak, capsaicin & serat. Selain menurunkan kolesterol, kombinasi capsaicin dan serat, juga meningkatkan keragaman bakteri usus, meningkatkan beberapa strain bakteri menguntungkan, termasuk Allobaculum dan Akkermansia, sekaligus mengurangi strain bakteri berbahaya seperti Desulfovibrio. Peneliti dalam studi ini juga menemukan bahwa capsaicin dan serat dapat mengurangi hasrat untuk makan dan menurunkan berat badan.
Melalui studi ini kembali menguatkan bahwa capsaicin dan serat adalah dua bahan alami yang bermanfaat untuk mengatasi kelainan metabolisme lemak. Bagaimana mekanisme capsaicin dan serat dalam menurunkan kolesterol? Seperti yang sudah disampaikan di atas, capsaicin dan serat dapat meningkatkan keragaman bakteri usus. Fermentasi serat oleh bakteri usus akan menghasilkan asam lemak rantai pendek, terutama asam asetat, propionat, dan butirat.² Akumulasi asam lemak rantai pendek inilah yang bermanfaat dalam menurunkan kadar kolesterol dan kolesterol LDL, serta meningkatkan kolesterol HDL.³
Meskipun mengonsumsi makanan pedas memiliki banyak manfaat, jika dikonsumsi secara berlebihan justru dapat menimbulkan berbagai dampak negatif untuk kesehatan kamu, FibreSquads. Jika kamu memiliki GERD atau maag, konsumsi makanan pedas secara berlebihan dapat meningkatkan gejala yang kamu rasakan, termasuk menimbulkan sensasi rasa terbakar di saluran cerna kamu.⁴ Pada tahap yang lebih parah, mengonsumsi makanan pedas yang mengandung capsaicin secara berlebihan dapat menyebabkan diare karena capsaicin dapat mengiritasi lapisan perut, terutama bagi pemilik perut sensitif. Otak akan memberikan sinyal ke saluran cerna untuk membuang capsaicin berlebih yang ada di dalam perut melalui feses. Tekstur feses menjadi cair agar proses pembuangan feses lebih cepat.
Meskipun mengonsumsi makanan pedas terbukti memiliki banyak manfaat, jangan sampai mengonsumsi makanan pedas secara berlebihan ya FibreSquads.
¹ Gong, T., Zhou, Y., Zhang, L., Wang, H., Zhang, M., & Liu, X. (2023). Capsaicin combined with dietary fiber prevents high‐fat diet associated aberrant lipid metabolism by improving the structure of intestinal flora. Food Science & Nutrition, 11(1), 114-125.
² Zhang, S., Dogan, B., Guo, C., Herlekar, D., Stewart, K., Scherl, E. J., & Simpson, K. W. (2020). Short chain fatty acids modulate the growth and virulence of pathosymbiont Escherichia coli and host response. Antibiotics, 9(8), 462.
³ Fei, Y., Wang, Y., Pang, Y., Wang, W., Zhu, D., Xie, M., … & Wang, Z. (2020). Xylooligosaccharide modulates gut microbiota and alleviates colonic inflammation caused by high fat diet induced obesity. Frontiers in physiology, 10, 1601.
⁴ Rodriguez-Stanley, S., Collings, K. L., Robinson, M., Owen, W., & Miner Jr, P. B. (2000). The effects of capsaicin on reflux, gastric emptying and dyspepsia. Alimentary pharmacology & therapeutics, 14(1), 129-134.